BIOINFORMATIKA
Bioinformatika Bioinformatika, sesuai dengan asal katanya yaitu
“bio” dan “informatika”, adalah gabungan antara ilmu biologi dan ilmu teknik
informasi (TI). Pada umumnya, Bioinformatika didefenisikan sebagai aplikasi
dari alat komputasi dan analisa untuk menangkap dan menginterpretasikan
data-data biologi.
Ilmu ini merupakan ilmu baru yang yang merangkup berbagai disiplin ilmu
termasuk ilmu komputer, matematika dan fisika, biologi, dan ilmu kedokteran
(Gambar 1), dimana kesemuanya saling menunjang dan saling bermanfaat satu sama
lainnya. Gambar 1. Interaksi disiplin ilmu yang berhubungan dengan
Bioinformatika
Ilmu bioinformatika lahir atas insiatif para ahli ilmu komputer berdasarkan
artificial intelligence. Mereka berpikir bahwa semua gejala yang ada di alam
ini bisa dibuat secara artificial melalui simulasi dari gejala-gejala tersebut.
Bioinformatika ini penting untuk manajemen data-data dari dunia biologi dan
kedokteran modern. Perangkat utama Bioinformatika adalah program software dan
didukung oleh kesediaan internet. Saat ini, perkembangan ilmu biologi sangat
dipengaruhi oleh perkembangan ilmu bioinformatika. Tidaklah dapat dimungkiri
kalau bioinformatika telah mempercepat kemajuan ilmu biologi. Lebih jauh lagi,
kalau dilihat dari bidang yang lebih spesifik, kemajuan suatu bidang sangat
dipengaruhi oleh kemajuan bioinformatika. Semakin maju bioinformatika di suatu
bidang (ditandai dengan banyaknya software yang tersedia), semakin maju pulalah
bidang tersebut.
Latar
Belakang
Pada
awal perkembangan ilmu pengetahuan biologi molekuler, ahli biologi melakukan
pengambilan data biologis dengan menggunakan beberapa eksperimen atau
pendekatan lainnya. Data tersebut disimpan di dalam suatu database seperti data
gen disimpan di NCBI, struktur protein berada di Protein Data Bank, dan data
sekuen protein berada di UniProt. Data yang masif tersebut tidak dapat
dianalisa secara efektif karena keterbatasan manusia. Oleh karena itu,
dibutuhkan ahli komputer untuk membantu kerja dari ahli biologi.
Ahli
komputer melakukan penelitian dalam membangun software, algoritma, metode
penyimpanan data untuk menyelesaikan masalah yang dihadapi ahli biologi.
Sebagai contoh, Needleman dan Wunsch membuat algoritma yang berfungsi untuk
mencari sekuen DNA pada database pada tahun 1960-an. Meski tujuan awalnya untuk
menyelesaikan kasus biologi, algoritma yang dirancang diterapkan pada kasus
yang mirip, seperti pencarian teks.
Data
biologi yang dikumpulkan merupakan raw data atau data mentah sehingga perlu
dilakukan analisa untuk mendapatkan informasi yang tersirat. Beberapa
pendekatan statistik digunakan seperti klasifikasi, klasterisasi digunakan
untuk melihat korelasi antar data sehingga data mentah tersebut dapat
tervisualisasi dengan baik di mata manusia.
Perkembangan
data biologis dan kebutuhan untuk menciptakan tools dan hasil analisa yang
akurat melahirkan disiplin ilmu baru yang disebut dengan bioinformatika. Ruang
lingkup penelitian dan kerja bioinformatika secara khusus berkaitan dengan
proses pengumpulan, dan analisa data biologi menggunakan teknik komputasi.
Apa contoh aplikasi dan implikasinya ?
Ada
banyak sekali penerapan bioinformatika, mulai dari manajemen data hingga
penggunaannya pada dunia ke-biologi-an dan turunannya. Namun sebagai contoh,
akan dibahas akan peranan bioinformatika pada dunia kedokteran dan virologi.
Bioinformatika dalam Dunia Kedokteran
1. Bioinformatika dalam bidang klinis
Perananan
Bioinformatika dalam bidang klinis ini sering juga disebut sebagai informatika
klinis (clinical informatics). Aplikasi dari clinical informatics ini adalah
berbentuk manajemen data-data klinis dari pasien melalui Electrical Medical
Record (EMR) yang dikembangkan oleh Clement J.
McDonald
dari Indiana University School of Medicine pada tahun 1972 [5]. McDonald
pertama kali mengaplikasikan EMR pada 33 orang pasien penyakit gula (diabetes).
Sekarang EMR ini telah diaplikasikan pada berbagai penyakit. Data yang disimpan
meliputi data analisa diagnosa laboratorium, hasil konsultasi dan saran, foto
ronsen, ukuran detak jantung, dll. Dengan data ini dokter akan bisa menentukan
obat yang sesuai dengan kondisi pasien tertentu. Lebih jauh lagi, dengan
dibacanya genom manusia, akan memungkinkan untuk mengetahui penyakit genetik
seseorang, sehingga personal care terhadap pasien menjadi lebih akurat.
Sampai saat ini telah diketahui beberapa gen yang berperan dalam penyakit
tertentu beserta posisinya pada kromosom. Informasi ini tersedia dan bisa
dilihat di home page National Center for Biotechnology Information (NCBI) pada
seksi Online Mendelian in Man (OMIM) (http://www.ncbi.nlm.nih.gov/entrez/query.fcgi?db=OMIM). OMIM adalah search tool untuk gen manusia dan
penyakit genetika. Selain berisikan informasi tentang lokasi gen suatu
penyakit, OMIM ini juga menyediakan informasi tentang gejala dan penanganan
penyakit tersebut beserta sifat genetikanya. Dengan demikian, dokter yang
menemukan pasien yang membawa penyakit genetika tertentu bisa mempelajarinya
secara detil dengan mengakses home page OMIM ini.
Sebagai salah satu contoh, jika kita ingin melihat
tentang kanker payudara, kita tinggal masukan kata-kata “breast cancer” dan
setelah searching akan keluar berbagai jenis kanker payudara. Kalau kita ingin
mengetahui lebih detil tetang salah satu diantaranya, kita tinggal klik dan
akan mendapatkan informasi detil mengenai hal tersebut beserta posisi gen
penyebabnya di dalam koromosom. Gambar 3 adalah salah satu hasil searching dari
breast cancer.
2. Bioinformatika untuk penemuan obat
Usaha
penemuan obat biasanya dilakukan dengan penemuan zat/senyawa yang bisa menekan
perkembangbiakan suatu agent penyebab penyakit. Karena banyak faktor yang bisa
mempengaruhi perkembangbiakan agent tersebut, faktor-faktor itulah yang
dijadikan target. Diantara faktor tersebut adalah enzim-enzim yang diperlukan
untuk perkembangbiakan suatu agent. Langkah pertama yang dilakukan adalah
analisa struktur dan fungsi enzim-enzim tersebut. Kemudian mencari atau
mensintesa zat/senyawa yang bisa menekan fungsi dari enzim-enzim tersebut.
Penemuan
obat yang efektif adalah penemuan senyawa yang berinteraksi dengan asam amino
yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk kestabilan enzim
tersebut.
Karena itu analisa struktur dan fungsi enzim ini biasanya difokuskan pada
analisa asam amino yang berperan untuk aktivitas (active site) dan untuk
kestabilan enzim tersebut. Analisa ini dilakukan dengan cara mengganti asam
amino tertentu dan menguji efeknya. Sebelum perkembangan bioinformatika,
analisa penggantian asam amino ini dilakukan secara random sehingga memakan
waktu yang lama. Dengan adanya Bioinformatika, data-data protein yang sudah
dianalisa bebas diakses oleh siapapun, baik data sekuen asam amino-nya seperti
yang ada di SWISS-PROT (http://www.ebi.ac.uk/swissprot/) maupun struktur 3D-nya yang tersedia di Protein Data
Bank (PDB) (http://www.rcsb.org/pdb/). Dengan database yang tersedia ini, enzim yang baru
ditemukan bisa dibandingkan sekuen asam amino-nya, sehingga bisa diperkirakan
asam amino yang berperan untuk active site dan kestabilan enzim tersebut. Hasil
perkiraan kemudian diuji di laboratorium. Dengan demikian, akan lebih menghemat
waktu dari pada analisa secara random.
Walaupun dengan sarana Bioinformatika bisa
diperkirakan senyawa yang berinteraksi dan menekan fungsi suatu enzim, hasilnya
harus dikonfirmasi melalui eksperiment di laboratorium. Namun dengan
Bioinformatika, semua proses ini bisa dilakukan lebih cepat sehingga lebih
efesien baik dari segi waktu maupun finansial.
Bioinformatika dalam Virologi
Sebelum
kemajuan bioinformatika, untuk mengklasifikasikan virus kita harus melihat
morfologinya terlebih dahulu. Untuk melihat morfologi virus dengan akurat,
biasanya digunakan mikroskop elektron yang harganya sangat mahal sehingga tidak
bisa dimiliki oleh semua laboratorium. Selain itu, kita harus bisa mengisolasi
dan mendapatkan virus itu sendiri.
Isolasi
virus adalah suatu pekerjaan yang tidak mudah. Banyak virus yang tidak bisa
dikulturkan, apalagi diisolasi. Virus hepatitis C (HCV), misalnya, sampai saat
ini belum ada yang bisa mengkulturkannya, sehingga belum ada yang tahu bentuk
morfologi virus ini. Begitu juga virus hepatitis E (HEV) dan kelompok virus
yang termasuk ke dalam family Calliciviridae, dimana sampai saat ini belum
ditemukan sistem pengkulturannya.
Walaupun
untuk beberapa virus bisa dikulturkan, tidak semuanya bisa diisolasi dengan
mudah. Oleh karena itu, sebelum perkembangan bioinformatika, kita tidak bisa
mengidentifikasi dan mengklasifikasikan virus-virus semacam ini.
Dengan
kemajuan teknik isolasi DNA/RNA, teknik sekuensing dan ditunjang dengan
kemajuan bioinformatika, masalah diatas bisa teratasi. Untuk mengidentifikasi
dan mengklasifikasikan virus, isolasi virus tidak lagi menjadi suatu hal yang
mutlak. Kita cukup dengan hanya melakukan sekuensing terhadap gen-nya. Ini
adalah salah satu hasil kemajuan bioinformatika yang nyata dalam bidang
virologi.
source :
https://medium.com/@alifkurniawan/apa-itu-bioinformatika-127dbdc0d83a
http://www.komputasi.lipi.go.id/utama.cgi?cetakartikel&1247362701
https://binus.ac.id/bandung/2019/11/bioinformatika-untuk-medis/